Saturday, April 15, 2017

Mengingat Kembali Pertempuran TNI dengan Gurkha, Tentara 'Terkejam' di Dunia

Tahun 1963 Indonesia terlibat konfrontasi dengan Malaysia. Presiden Soekarno memerintahkan Panglima TNI menggelar Operasi Dwikora untuk menggagalkan pembentukan negara Malaysia.
RPKAD VS GURKHA
Tidak ada pernyataan perang resmi seperti saat operasi militer Trikora merebut Irian Barat. Karena itu TNI tidak mengirim pasukan secara terbuka. Mereka mengirim gerilyawan-gerilyawan untuk membantu Tentara Nasional Kalimantan Utara (TNKU) yang berperang melawan pemerintah Malaysia.

Walau disebut gerilyawan, sebagian besar anggotanya justru pasukan elite TNI. Seperti Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) yang sekarang disebut Kopassus. Selain itu ada juga Pasukan Gerak Tjepat (PGT) dari TNI AU. Seragam TNI diganti dengan seragam hijau TNKU. Identitas mereka pun dipalsukan untuk menghapus jejak keterlibatan Indonesia.

"Semua identitas TNI dicabut. Jangan sampai ketahuan kami pasukan TNI. Kami dibuatkan identitas baru, pokoknya kelahiran Kalimantan. Pakaian TNKU hijau-hijau dengan topi rimba," kata Nadi, seorang bintara mantan anggota RPKAD saat berbincang dengan merdeka.com.

Tugas gerilyawan ini mengganggu perbatasan di sepanjang Sabah dan Serawak. Mereka juga bertugas melatih warga Kalimantan Utara tata cara bertempur.
Pasukan Malaysia yang terdesak kemudian meminta bantuan Inggris. Tidak tanggung-tanggung Inggris langsung mengirim sekitar satu batalyon pasukan komando Special Air Services (SAS). Inilah pasukan elitee terbaik Inggris yang reputasinya melegenda ke seluruh dunia. Inggris juga mengirim pasukan Gurkha dan SAS tambahan dari Selandia baru dan Malaysia.

Komandan Pasukan Inggris di Malaya, Mayor Jenderal Walter Walker merasa perlu mendatangkan SAS karena merasa hanya pasukan elitee ini yang bisa membendung pasukan gerilya asal Indonesia. Walker tak mau jatuh korban lebih banyak di kalangan Inggris.


Pertempuran antara SAS dan Gurkha melawan gerilyawan TNKU berlangsung seru. Lebatnya rimba Kalimantan menjadi saksi pertempuran yang tak pernah diberitakan media tersebut. Kadang pasukan Inggris mengalahkan gerilyawan TNKU dalam pertempuran. Kadang gerilyawan TNKU yang memukul pasukan SAS dan Gurkha. Sulit untuk mencatat secara pasti data-data pertempuran.

Dalam sebuah pertempuran di Kampung Sakilkilo tanggal 10 Juli 1964, tercatat TNKU meraih kemenangan. Saat itu dua peleton Gurkha melawan satu peleton TNKU. Dalam serangan tersebut, TNKU berhasil menewaskan 20 orang Gurkha tanpa satu pun korban jatuh di pasukan gerilyawan.

Dalam sebuah misi yang lain, kepala Komandan Pasukan Gerilya Mayor Benny Moerdani sempat dibidik penembak jitu SAS. Untungnya SAS tak jadi melakukan tembakan. Kalau gugur di Serawak, tentu Benny kemudian tak akan jadi Panglima ABRI di kemudian hari.


Pasukan Indonesia pun sempat menangkap prajurit SAS dalam sebuah pertempuran. Rencananya tawanan ini akan dibawa ke Jakarta sebagai bukti ada keterlibatan Inggris. Namun karena sulitnya medan, tawanan ini keburu tewas di jalan.

Dari pertempuran di Kalimantan ini pula kemudian SAS belajar mengembangkan taktik gerilya bertempur di hutan. Kalau tak pernah berhadapan dengan pasukan elite Indonesia, mereka tak akan punya taktik ini.



Pertempuran yang Pernah Tercatat

· Januari 1/7’n Gurkha menewaskan 23 orang sukarelawan yang mendarat di Timur Sabah, sepucuk sten dan 2 AR-15 bernasil dirampas.
· Februari 1/2″ Gurkha Rifles dan 42 Commando mencegat penyusupan 30 sukarelawan di wilayah Bau, yang lari kembali ke perbatasan setelah kontak tembak singkat.
· Maret 2 prajurit Gurkha dari 2/10’h Gurkha Rifles, Cpl. Birbahadur Rai dan Lcpl. Kindraman Rai gugur saat mendekati posisi pasukanYonif Linud 328 Raider. Operasi pengejaran dilakukan Mayor Mayman, komandan Kompi A, 2/10th Gurkha Rifles dengan didukung bantuan baterai howitzer dan dua ranpur Saladin milik Queen’s Royal Irish Hussars.
· April — Operasi Sabretooth, 2/10’h GR mengejar sepeleton pasukan Indonesia yang melintasi perbatasan pada akhir Maret, dari 36 infiltran, 27 berhasil ditangkap.

· September — Penerjunan 151 PGT dan 41 sukarelawan komunis ke wilayah Labis yang berujung bencana di pihak Indonesia. T-1307 yang diterbangkan Mayor Djalaluddin Tantu jatuh dan hilang di Selat Malaka, dan satu pesawat lainnya kembali karena kerusakan mesin. Dan dua pesawat yang berhasil melaksanakan penerjunan, pesawat pertama tiba di DZ yang salah sehingga seluruh peralatan malah ditemukan Polisi Malaysia. Kesuksesan infiltrasi PGT ini mendorong diadakannya operasi pencarian skala besar yang dipercayakan pada 1/10th Gurkha dan 1st Batt. RNZ Regt. Dalam operasi selama satu bulan, hanya 7 PGT yang bisa ditawan, 44 lainnya ditewaskan dalam kontak tembak. 1/10th kehilangan Lance Corporal Tekbahadur Rai yang gugur dalam kontak tembak tangga113 September.


PERANG PUN MELETUS, GURKHA DI MANA-MANA
Konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia sebenarnya telah dimulai sejak peristiwa pemberontakan di Brunei pada Desember 1962. Peristiwa pemberontakan di Brunei juga membuka fakta mengenai
keterlibatan Inggris dan anak angkatnya dari Nepal, Gurkha. Menurut John S. Advirson, kesatuan Gurkha ditempatkan di sejumlah pos dalam ukuran kompi. Legiun asing milik Inggris ini telah mendarat di Brunei sejak 1962, dan membangun markas besar mereka di sana.

Keterlibatan pasukan Gurkha ini juga diperkuat pernyataan Kifaru, seorang pensiunan tentara Inggris-Gurkha dengan pangkat terakhir perwira. Kepada Majalah Tempo, Kifaru berkisah:

Konon keadaan "sangat mengkhawatirkan" tatkala rombongan pertama Divisi ke-17 ini tiba di Brunei. Para perusuh telah berhasil menguasai sebuah lapangan terbang dan beberapa pos polisi. Mereka juga memblokade beberapa daerah. "Tetapi peta situasi segera berubah dengan masuknya pasukan Inggris," tulis Kifaru. Para Prajurit Gurkha yang beringas itu langsung terjun ke tengah-tengah musuh. Mereka segera menguasai keadaan. Pasukan Inggris kemudian berbalik mengambil alih inisiatif memburu para pemberontak. Dan pada akhir 1962, Brunei dinyatakan dalam keadaan aman.[3]

Selain itu menurut Kifaru, ketika terjadi revolusi di Brunei pada akhir tahun 1962, dilaporkan bahwa gerakan tersebut didorong oleh agen-agen komunis dengan dukungan pemerintahan Soekarno. Tujuannya adalah menangkap sultan, menduduki semua pos polisi dan menguasai ladang minyak di Negara tersebut. 
Kendati sempat menguasai pos-pos polisi, revolusi yang digerakkan para pemberontak urung menemui keberhasilan. Gerakan-gerakan mereka sempat tercium sebelumnya dan pasukan-pasukan keamanan pemerintah segera memberikan perlawanan. Untuk mengamankan Brunei dari para perusuh, Sultan yang berhasil lolos dari aksi penculikan segera meminta bantuan kepada Inggris, dan Inggris segera menjawab dengan mengerahkan pasukannya untuk menghadapi para perusuh. Pasukan Inggris yang diperbantukan, didatangkan dari Divisi Gurkha Ke-17 yang sebelumnya bermarkas di Malaya.
Dari Brunei, api konfrontasi mulai memercik. Apinya menjalar sampai ke wilayah yang sekarang disebut sebagai daerah Malaysia Timur. Daerah perang yang tidak diumumkan ini meliputi wilayah Serawak dan Sabah. Kedua wilayah tersebut merupakan garis batas antara wilayah Malaysia dengan wilayah Kalimantan Indonesia yang terbentang sejauh 1.500 mil.

Dilihat secara geografis, medan konflik yang berlangsung memiliki kondisi yang cukup variatif. Bahkan kondisi medan perang ini memiliki tipe wilayah yang cukup ekstrim dan beberapa diantaranya tipe yang paling kejam di dunia. Di beberapa tempat bahkan belum memiliki jalan raya dan jaringan rel kereta api. Perjalanan hanya bisa dilakukan lewat sungai dan beberapa jalan setapak. Daerah-daerah ini dihuni oleh orang Melayu, suku Dayak, dan para pendatang keturunan Cina. Menurut Kifaru, para gerilyawan yang digerakkan untuk konfrontasi dengan Malaysia, sebagian besar adalah orang Cina dan Serawak.      

Pertempuran di Serawak dimulai pada 12 April 1963. Hal ini adalah buntut dari pernyataan Menteri Luar Negeri Indonesia Soebandrio yang mengumumkan bahwa Indonesia mengambil sikap bermusuhan terhadap Malaysia pada 20 Januari 1963.  Pada tanggal itu, sukarelawan Indonesia (diduga merupakan pasukan militer tidak resmi) mulai menyusup ke jantung Sarawak dan Sabah untuk menyebarkan propaganda dan melaksanakan penyerangan dan aksi-aksi sabotase.

Pada tanggal 3 Mei 1963 di sebuah rapat raksasa yang digelar di Jakarta, Presiden Sukarno mengumumkan perintah Dwi Komando Rakyat (Dwikora) yang isinya, Pertama;Pertinggi ketahanan revolusi Indonesia, Kedua; Bantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Sarawak dan Sabah, untuk menghancurkan Malaysia. Agitasi ini terus berlanjut, dan pada 27 Juli, Sukarno mengumumkan bahwa dia akan “mengganyang Malaysia". Tidak sampai sebulan kemudian, tepatnya pada 16 Agustus, pasukan dari Resimen Askar Melayu DiRaja telah menghadapi kontak senjata dengan lima puluh gerilyawan Indonesia.
Pertikaian mendadak berubah menjadi lebih keras pada bulan September 1963. Sementara itu sikap Angkatan Darat masih tampak setengah-setengah menghadapi politik konfrontasi terhadap Malaysia. Para pimpinan Angkatan Darat menerima politik konfrontasi terbatas sambil tetap waspada mencari jalan yang memungkinkan penyelesaian melalui perundingan.[5]

Tetapi keputusan presiden dan para penasehatnya untuk lebih keras menghadapi konfrontasi sepertinya membuat Angkatan Darat tidak bisa memegang kendali untuk menghindari permusuhan. Tanda-tanda tersebut makin terlihat ketika Presiden Soekarno menginstruksikan untuk meningkatkan tekanan terhadap Malaysia dengan mendaratkan para penyusup bersenjata ke Semenanjung Malaya pada 17 Agustus yang kemudian berlanjut pada 2 September 1964.

Bulan Mei 1964, dibentuklah Komando Siaga yang bertugas untuk mengkoordinir kegiatan perang terhadap Malaysia (Operasi Dwikora). Komando ini kemudian berubah menjadi Komando Mandala Siaga (Kolaga). Kolaga dipimpin oleh Laksdya Udara Omar Dani sebagai Pangkolaga. Kolaga sendiri terdiri dari tiga Komando, yaitu Komando Tempur Satu (Kopurtu) berkedudukan di Sumatera yang terdiri dari 12 Batalyon TNI-AD, termasuk tiga Batalyon Para dan satu batalyon KKO.

Komando ini memilih sasaran operasi Semenanjung Malaya di bawah pimpinan Brigjen Kemal Idris sebaga Pangkopur-I. Sementara Komando Tempur Dua (Kopurda) berkedudukan di Bengkayang, Kalimantan Barat dan terdiri dari 13 Batalyon yang berasal dari unsur KKO, AURI, dan RPKAD. Komando ini dipimpin Brigjen Soepardjo sebagai Pangkopur-II. Komando ketiga adalah Komando Armada Siaga yang terdiri dari unsur TNI-AL dan juga KKO. Komando ini dilengkapi dengan Brigade Pendarat dan beroperasi di perbatasan Riau dan Kalimantan Timur.
Di bulan Agustus, enam belas agen bersenjata Indonesia ditangkap di Johor. Aktivitas Angkatan Bersenjata Indonesia di perbatasan juga meningkat. Tentera Laut DiRaja Malaysia dipaksa untuk mengerahkan pasukannya mempertahankan Malaysia. Namun sesungguhnya, hanya sedikit saja Tentara Malaysia yang diturunkan dan harus banyak bergantung pada pos perbatasan dan pengawasan unit komando. Misi utama mereka adalah untuk mencegah masuknya pasukan Indonesia ke Malaysia. Sebagian besar pihak yang terlibat konflik senjata dengan Indonesia adalah Inggris dan Australia, terutama pasukan khusus mereka yaitu Special Air Service (SAS). Tercatat sekitar 2000 pasukan khusus Indonesia (RPKAD) tewas dan 200 pasukan khusus Inggris-Australia (SAS) juga tewas dalam pertempuran-pertempuran di belantara lebat Kalimantan.

Meski Indonesia mengalami kekalahan telak, namun Gurkha mengakui bahwa tentara Indonesia sangatlah hebat -terutama kesatuan RPKAD. Kifaru menyatakan kesaksiannya:

Para prajurit Indonesia itu jempolan, terutama kesatuan elite para komando yang bernama RPKAD.


sumber : 
merdeka.com

JENDERAL AMERIKA: INDONESIA ADALAH GURUNYA VIETNAM DAN KOREA UTARA SAAT BERPERANG MELAWAN USA

Ada sesuatu yang istimewa dalam acara Talk Show di TV ABC 13, Texas.  Acara tersebut bekerjasama dengan Universitas Dallas, Texas.  Tapi yang menarik, acara tersebut justru menyangkut Militer Indonesia.
TNI

Karena dalam wawancara tersebut dihadirkan narasumber yang cukup kompeten.  Talk Show di TV ABC 13 Texas menghadirkan para jenderal purnawirawan USA dan British.

Talk Show dihadiri Jenderal (purn) Mike Jackson (pemimpin pasukan Inggris saat menyerbu Irak), Jenderal (purn) Tommy Franks (pemimpin Delta Forces saat Operasi Badai Gurun), Jenderal (purn) Peter Pace (mantan Jenderal US Marine dan Kepala Staf Gabungan US) serta Mahasiswa dari Universitas Dallas.

Ada seorang mahasiswa Universitas Dallas bertanya tentang penempatan Marinir USA di Australia. Maka jawaban dari Jenderal tersebut cukup mencengangkan buat pemirsa semua.

Bertanya : “Apakah penempatan US MARINE berindikasi akan ada serangan USA ke Indonesia suatu saat nanti?”

Jend. Peter Pace : ”Saat ini ada 3 kekuatan besar MARINIR dunia, dan Indonesia berada pada posisi ke 3.”
“Penempatan US MARINE hanya untuk stabilitas kawasan di Asia Tenggara, jangan bermimpi USA berencana menyerang Indonesia meski USA pimpinan NATO. Tidak pernah terpikir oleh pemimpin USA untuk menyerang Indonesia.”

Presenter TV ABC 13, Hannah, menambahkan pertanyaan : “USA pernah terlibat konflik di kawasan Asia Timur Jauh, kenapa Indonesia begitu diperhitungkan?”

Jend.Tommy Franks : ”Kita pernah punya pengalaman pahit di Vietnam dan Korea, dan semua pemimpin USA sadar siapa dibalik kedua negara Asia yang pernah terlibat konflik dgn kita”.

“Indonesia adalah guru bagi Vietnam dan Korea Utara saat berperang melawan USA.”

Jend. Peter Pace : “Kita sering berlatih dengan Indonesia. Kita sadar bagaimana kemampuan pasukan khusus Indonesia, pasukan kita sering kewalahan dalam setiap latihan perang dengan Indonesia”

Jend. Tommy Franks : “Saat operasi pembebasan sandera di pesawat yang dibajak di Bangkok Thailand, Delta Force memantau operasi tersebut. Operasi berjalan sukses dan sangat efektif.”

“Hal lain yang tidak dimiliki oleh pasukan negara lain, anda akan terkejut bila mendapati satu mata pelajaran yang takkan didapat di pendidikan elite militer manapun, yakni pendidikan gerilya.”

Jend. Mike Jackson : ”Doktrin militer Indonesia sudah dipakai di beberapa negara Asia bahkan Afrika karena Indonesia memang diminta melatih beberapa negara Asia dan Afrika.”

“Meski Indonesia kekurangan senjata, tidak mungkin mudah menaklukkan Indonesia karena jika perang terjadi bukan hanya militernya yang maju perang tapi rakyatnya juga pasti turut membantu untuk menghabisi lawan.”

“SAS sudah pernah merasakan saat berhadapan dengan aliansi tentara Indonesia dan rakyat indonesia. Jadi jangan pernah anggap ringan dengan Indonesia”, ungkap Jenderal Mike Jackson.

Seorang mahasiswi juga bertanya tentang kekuatan Asia di mata Militer Internasional.

Apa jawaban mereka? Lagi-lagi Indonesia jadi sorotan.

Jend. Mike Jackson : “Indonesia dalam waktu dekat akan jadi sebuah negara yang militernya sangat besar dan sulit tertandingi”.

Jend. Peter Pace : “Indonesia memiliki semuanya dan kalau itu diopersionalkan maka Indonesia akan melampaui India dan Cina dalam perkembangan militer”.

Jend. Tommy Franks : “Sebagai orang yang pernah memimpin pasukan khusus, saya tahu banyak rahasia teknik militer yang tidak ditunjukkan dalam latihan perang bersama.”

“Ada satu pasukan khusus Indonesia yang jarang mengadakan latihan bersama yaitu AU. Pasukan khusus AU Indonesia adalah satu-satunya pasukan dengan kualifikasi Korps Pasukan Khas TNI-AU di Asia dan katanya terlengkap di dunia.”

“Kalau saat ini banyak negara terutama yang tergabung dalam NATO mengadakan hubungan dagang militer dengan Indonesia, itu sebuah kebijakan yang tepat, karena kalau tidak akan sangat membahayakan posisi NATO di Asia, karena Indonesia memiliki konsep Non Blok.”

“Ke depan saya harapkan tidak ada sanksi atau embargo yang dijatuhkan kepada Indonesia, karena itu dapat menimbulkan kerawanan di kawasan Asia tersebut

Sampai berita ini diturunkan, tidak ada yang menjamin keabsahan kebenarannya. Namun, sebagai rakyat Indonesia sudah seyogyanya kita bangga bahwa kemampuan militer indonesia diakui kehebatannya bahkan menjadi perhatian negara-negara super power di seluruh dunia.

Maju Terus Militer Indonesia!

Monday, April 3, 2017

ALASAN KENAPA Mayat Harus Dikubur, Bukan Dibakar dll? Ini KATA Dr Zakir Naik

ALASAN KENAPA Mayat Harus Dikubur, Bukan Dibakar dll? Ini Jawaban KATA Dr Zakir Naik

Ada beberapa cara memperlakukan jasad orang yang meninggal. Agama Islam mensyariatkan jenazah harus dikubur. Namun, ada agama lain yang mengharuskan mayat untuk dibakar. Hal itu ditanyakan oleh seorang mahasiswa kepada Dr Zakir Naik.

“Setelah manusia meninggal, apakah mayat harus dikubur atau dibakar?” tanya Harsh
Wagella, seorang mahasiswa dari Saboo Siddique.

Jawaban Dr Zakir Naik:

Saudara ini bertanya, setelah manusia meninggal apakah tubuhnya harus dikubur atau dibakar. Mari kita analisis secara ilmiah, mana yang lebih tepat.

Seperti yang aku sampaikan dalam tanya jawab sebelumnya, elemen yang ada dalam tubuh manusia, yaitu unsur-unsur penyusun tubuh manusia berasal dari tanah baik dalam jumlah kecil maupun besar.

Jadi kita diciptakan dari tanah, harus kembali ke tanah. Itu logikanya. Lebih mudah bagi kita untuk kembali ke tanah, itu poin pertama.

Poin kedua, jika Anda membakar mayat maka ada polusi, ada bahaya terhadap lingkungan. Ketika Anda mengubur mayat, maka tidak ada bahaya lingkungan di sana.

Faktanya, tempat di mana Anda mengubur, tanah di sekelilingnya menjadi lebih subur. Ini poin ketiga.

Poin keempat, mengubur mayat sangat murah. Kita tidak memerlukan banyak uang. Bumi tersedia bebas untuk kuburan. Tetapi untuk mengkremasi, untuk membakar, Anda membutuhkan berton-ton kayu.

Oleh karena itu, jika Anda melihat statistik, setiap tahun pemerintah kita (India, red) kehilangan jutaan rupee karena mereka membakar kayu.

Ada masalah lingkungan, bahaya dan ditambah buang-buang uang.

Jika Anda menghitung jumlah orang mati yang kita bakar, itu menghilangkan uang dan menyebabkan bahaya terhadap lingkungan. Jauh lebih logis dan ilmiah mengubur mayat daripada membakar. [Tarbiyah.net]